Love is Service

Love is Service

Senin, Juni 24, 2019

Lamaran di tengah hutan (Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda, Bandung)

Tepat tanggal 4 Juni 2019, menjadi moment yang paling berkesan buat kami..

Saya tidak pernah menyangka kalau saya akan dilamar di tengah hutan, sepi, tidak ada siapa-siapa kecuali kami berdua dan juga burung-burung yang menjadi saksi.

.
.
.

[Flash Back]

Tanggal 2-5 Juni 2019, kami berdua pergi berlibur bersama ke kota Bandung. Untuk menikmati perjalanan kami sengaja pulang pergi dengan menggunakan kereta api Argo Parahyangan. Berangkat dari stasiun gambir. Sekarang naik kereta jadi lebih mudah, cukup beli online, dapatkan kode booking dan kita bisa cetak sendiri tiket keretanya di mesin khusus.

Perjalanan yang kami lalui sekitar 3 setengah jam. Di kereta sesekali kami berbincang-bincang dan juga tidur. Karena kami jalan di malam hari pukul 18.25 dan sampai di Stasiun Bandung pukul 22.00. Sesampainya di Bandung kami naik GRAB menuju Hotel Bantal Guling Pasteur untuk istirahat.

Keesokan harinya barulah kami memulai petualangan kami dengan menyewa motor yang akan menemani kami selama kami di Bandung. Hari itu kami pergi ke banyak tempat yang sudah kami searching lebih dulu di google.

Tanpa saya ketahui ternyata dia selalu membawa sebuah dompet kecil berwarna krem, yang ternyata di dalamnya ada sekotak cincin yang sudah dia siapkan sejak lama. Ternyata dia sedang menunggu kapan moment yang pas. Tapi tidak di hari itu ia melamar saya.

Perjalanan kami menggunakan motor tidak bisa dibilang mudah, banyak perjalanan yang kami lalui, jalanan yang cukup curam belokannya, naik dan turun yang cukup terjal. Membuat kami terus berdoa sepanjang perjalanan agar Tuhan pimpin. Karena kami berdua tidak tahu medan perjalanan yang ada di depan kami. Selama disana kami hanya mengandalkan Google Maps. Hahaha..

Tapi disitulah serunya petualangan bersama pasangan hidup. Ya, saling percaya adalah kuncinya..

Nah, tepat hari esok di tanggal 4 Juni 2019, kami ingin pergi ke suatu tempat yang direkomendasikan teman kami, katanya tempat itu bagus buat foto-foto, katanya tempat itu romantis karena ada danau disertai batu-batuan yang indah. Tapi sayangnya perjalanan panjang sudah kami tempuh, begitu sampai ternyata lokasi tersebut sedang tutup. Memang sih, waktu kami kesana bertepatan dengan Libur Lebaran. Nama tempat tersebut adalah Wot Batu.

Akhirnya kami memutuskan untuk beralih ke Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda, Bandung, yang lokasinya tidak begitu jauh dari sana. Perjalanan kami tempuh kembali dan kami sampai disana.

Begitu masuk di sana kami jalan-jalan dan terus naik mendaki gunung. Melelahkan tapi menyenangkan, lelah itu tidak ada artinya ketika kamu menjalaninya berdua. Sepanjang perjalanan kami saling bergandengan tangan dan juga bercerita tentang banyak hal. Apa saja yang mau kami capai di masa depan.

Lalu kami tiba di perhentian pertama yaitu Goa Jepang. Di depannya sudah banyak abang-abang yang menyewakan senter dan jasa guide untuk menelusuri goa tersebut. Awalnya dia tidak mau untuk menggunakan jasa tersebut, memilih untuk masuk berdua saja dan menggunakan lampu HP. tapi begitu masuk satu langkah saya sudah teriak karena gelap sekali. Oleh karena itu, rasa takut saya jauh lebih besar, saya langsung memutuskan untuk menggunakan jasa guide dan 2 buah senter.

Di saat itu sepertinya dia sudah agak kesal. Lalu kami masuk ditemani oleh seorang guide yang menjelaskan dan menceritakan kisah terbentuknya Goa Jepang ini. Begitu sampai diluar, hal yang disesalkan adalah guide tersebut baru mengatakan biayanya.

Hal itu membuat dia lebih tambah marah lagi, karena guidenya baru bilang harganya setelah sudah diluar goa. Harusnya disebutkan dari awal sebelum masuk agar bisa menjadi pertimbangan bagi kami mau menggunakannya atau tidak. Harga senternya adalah 2 x 5000, sementara harga guide nya 40.000, tapi si guide bilang boleh sukarela aja. Akhirnya saya memberikan 30.000 kepadanya.

Disaat itu mulailah pertengkaran kami berdua. Ya, karena hal sepele memang, tapi bikin saya dan dia berantem. Dia sebenarnya kesal dengan guidenya yang tidak menjelaskan diawal, dan diakhir baru minta uang setengah memaksa. Namun, dia jadi memarahi saya juga yang terlalu mudah memberikan uang.

Saya pun tau saya salah, tapi saya hanya berpikir kalau ini lagi liburan, ya si guide kan juga bekerja wajarlah kalau kita memberikan upah. Yang disayangkan adalah sikap dari guide yang tidak memberitahukan diawal harga sewanya.

Selama beberapa menit, kami sempat diam-diaman, marah dan kesal yang memuncak, namun tetap jalan naik ke atas gunung dan melanjutkan perjalanan ke atas gunung. Dia mau pegang tangan tapi saya lepas, dia mau baikin saya tapi saya jutekin. Sampai akhirnya tiba di tengah-tengah hutan persis, dia menyuruh saya berhenti dulu buat duduk.

Mendadak dia mengeluarkan dompet krem yang sudah saya lihat dari hari pertama, dan dia mengeluarkan sebuah kotak bentuk LOVE merah, didalamnya ada sebuah cincin. Lalu dia bilang begini: "Sebenarnya gak mau ditengah hutan seperti ini, tapi sepertinya ini adalah moment yang pas, Maukah kamu bersamaku, meskipun lagi kesal, lagi sedih, lagi marah, lagi di marahin di depan orang?"

Ya, dia melamar saya.. ditengah hutan, saat lagi berantem, langsung cair dan luluh hati saya.
Siapa yang mau menolak. Bagi saya ini adalah Jawaban dari penantian berharga saya, penantian berharga kami berdua.

Ya, kami berdua pernah melalui kehidupan dengan orang lain lebih dulu. Namun, akhirnya kami ditakdikan untuk bersama juga pada akhirnya. Saya mengenalnya dari tahun 2012 saat kuliah dulu di UNTAR, dan baru mulai berpacaran setelah sama-sama melaluinya dengan orang lain lebih dulu.
Tepat tanggal 24 November 2018 kami menjalin hubungan, dan tanggal 4 Juni 2019 ini dia melamar saya.

Saya sangat beruntung memilikinya, sangat beruntung ketika dia memilih saya untuk menjadi pasangan hidupnya.. Dialah yang saya butuhkan untuk menjalani hari-hari saya dikedepannya, seorang penopang hidup yang mengajarkan saya banyak hal..

Terimakasih Tuhan mengirimkan saya orang yang tepat, dan kami akan terus berjuang kedepannya untuk mempersiapkan kehidupan kami berdua, persiapan untuk jenjang yang lebih serius lagi.

Kisah kami akan terus berlanjut.. :) Tuhan tuntun.. Tuhan pelihara...






Rabu, Mei 22, 2019

2018 adalah "Tahun Pembuktian", 2019 adalah "Awal Kisah Kita"

Sudah lama saya tidak posting blog, kali ini saya ingin bercerita sedikit mengenai kisah percintaan saya, kisah Tahun Pembuktian yang saya dapatkan..

Ya, Tuhan mengabulkannya, Tuhan telah menjawabnya, Percaya karena Tuhan tidak pernah ingkar janji..

Waktu tahun 2018, tahun penuh gejolak dalam hubungan percintaan saya..
Umur yang tidak terbilang muda lagi, membuat hati dag dig dug dan bertanya-tanya "Kapan Tuhan mengirimkan malaikat-Nya untuk saya?"

Akhirnya pada akhir tahun 2018, tepatnya di bulan November 2018, doa saya terjawab, segalanya sudah mulai menemukan titik terang..

Hubungan saya dengan seseorang yang saat ini menjadi pasangan saya, dan perkenalan kami selama kurang lebih hampir 7 tahun. Waktu yang tidak sebentar untuk pendekatan yang luar biasa, pendekatan yang sangat terasa pasang surutnya, masing-masingpun melewati dengan orang lain lebih dulu baru akhirnya bersatu.

Iya itulah pembuktian Tuhan, bahwa penantian yang dilakukan tidak sia-sia, pembelajaran bersama untuk menjadi pribadi yang lebih baik lebih dulu, baru akhirnya bersama menjalin hubungan adalah pembelajaran yang sangat penting dalam kisah sejarah kami berdua.

Doa yang diucapkan dengan sungguh-sungguh akan membuahkan hasil, tidak ada sesuatu yang instant, semua harus melalui proses yang menguras keringat, air mata bahkan hati yang luar biasa. Namun, saat memetik hasilnya tentu akan sangat melegakan hati.

Akhirnya setelah melewati proses yang panjang itu, kami berdua menetapkan untuk meresmikan hubungan kami sebagai pasangan. Tentunya dengan persetujuan dari kedua keluarga. Bagi kami, dukungan dari keluarga sangat penting dalam menjalani hubungan yang kuat dan kokoh.

.
.
.

Saya mempunyai banyak kekurangan, diapun begitu. 
Namun, bukan kekurangan yang kami lihat, melainkan bagaimana cara agar kami saling melengkapi satu sama lain. Kami bertahan dalam hubungan yang penuh lika liku pada masanya. Namun, sekarang kami menikmati keindahan saat bersama.

Saya sayang dia, diapun begitu.
Perasaan sayang kami saling mengikat satu sama lain, bahkan ketika kami saling merasakan bahwa kami tidak dapat hidup terpisah. Kami ingin bersama-sama selalu. Kami saling membutuhkan untuk menjadi pasangan yang kuat dan berkomitmen.

Saya akan bersama dia walaupun kami berada di titik terendah sekalipun, diapun begitu.
Satu hal yang saya dan dia tanamkan dalam hubungan adalah "Keterbukaan", mau itu hal yang pahit dan menyakitkan nantinya sekalipun, kami harus saling jujur dan terbuka. Nantinya, dengan begitu kami saling belajar untuk mengontrol emosi dan belajar saling memaafkan. Saya akan selalu bersamanya bahkan saat kami berada di titik terendah sekalipun, saat saling melakukan kesalahan bodoh pun, kami akan tetap saling mencari jalan untuk kembali bersama.

Saya terus menyelipkan namanya dalam setiap doa saya, diapun begitu.
Doa adalah kunci kekuatan hubungan kami, dalam doa kami mampu menghadapi segala persoalan yang mungkin muncul nantinya dalam hubungan kami. Kami percaya kalau kami berada diatas perahu yang sama, kami akan dapat menyelesaikan segala persoalan, asalkan kami bersama-sama.

Saya merasa beruntung bisa bersamanya dan memilikinya, diapun begitu.
"Beruntung", "Ya! itu yang saya rasakan". Hari-hari bersamanya selalu menyenangkan, makin tambah semakin cinta, semakin membutuhkan kehadirannya, semakin merasa bersyukur dan beruntung bisa sampai detik ini masih selalu bersama-sama dan tak terpisahkan.

Saya merasa bahwa dia adalah malaikat yang Tuhan kirimkan, diapun begitu.
Kita tidak pernah tahu kapan jodoh kita akan datang, kapan malaikat kita akan mendekat. Tapi, satu yang saya yakini adalah "Dia adalah malaikat yang Tuhan kirim untuk saya, menjaga saya, melengkapi saya, dan menerima saya apa adanya."

.
.
.


2019 adalah menjadi awal kisah kami berdua, beranjak sama-sama menuju masa depan yang lebih baik, bersama mengenal lebih dalam lagi satu sama lain, bersama menyadari bahwa kami saling membutuhkan, dan tak terpisahkan.

2019 adalah tahap pendewasaan kami untuk bersama menjalin hubungan yang serius dan berkomitmen menuju jenjang yang lebih serius lagi. Tuhan ada, Tuhan selalu menyertai kami, Tuhan tidak tidur. Dia menjawab semua doa-doa kami.


Mari sama-sama melangkah ke arah yang lebih serius dan lebih baik.. Tuhan menyertai kita berdua...