Love is Service

Love is Service

Jumat, Desember 28, 2012

Paradigma agar "ANAK BERPERAN AKTIF" (Lesson for Parents)

Sumber : Chugani, S. D. 2009. Anak yang cerdas, anak yang bermain. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.


"Dalam dunia anak usia dini, bermain dan belajar merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan."

- Paradigma seperti di atas masih saja sulit diterima dengan baik oleh orangtua - [1]

Banyak yang menganggap bahwa "belajar berarti mengerjakan lembar kerja di bawah bimbingan yang serius." Di sisi lain bermain adalah kegiatan yang bisa dilepas begitu saja, tanpa perlu ada bimbingan serius dari orangtua.

Terlihat sekali dengan banyak orangtua yang mengiming-imingi anaknya dengan mainan baru jika mau mengerjakan lembar kerja atau PR yang telah dipersiapkan. Sayang sekali! 

Sebagaimana yang harus diketahui orangtua adalah "BERMAIN adalah PEKERJAAN ANAK". 

Melalui permainan, kita sebenarnya mempunyai banyak kesempatan untuk mengajarkan berbagai hal yang ingin kita tingkatkan pada anak, baik mengenai budi pekerti, matematika, membaca, atau bahkan menulis. 


"Setiap anak mampu belajar karena tidak ada anak yang 'bodoh'."

- Paradigma di atas, memperjelas kepada kita bahwa pada dasarnya tidak ada dua anak yang sama - [2]

Dalam berinteraksi dengan anak-anak, kadang orangtua menganggap bahwa semua anak yang seumuran memiliki kemampuan yang sama, terutama dalam segi akademis. 

Kadang sebagai orangtua justru malah berlomba-lomba agar anak kita bisa membaca dan berhitung pada usia sedini mungkin, dan kita cenderung KECEWA jika anak kita tidak sama dan semampu seperti anak lain yang seusianya.

Apalagi terkadang apabila anak mereka tidak dapat berkemampuan sama seperti anak yang lain seusianya, mereka langsung dengan segera mendapat label 'bodoh'.

Pengelompokkan 'anak pintar' dan 'anak bodoh' adalah hasil dari suatu skenario pembelajaran yang sepenuhnya berorientasi pada orang dewasa. Ini tidak adil! Kita sebagai orang dewasa, cenderung menyalahkan anak jika ia tidak dapat mengikuti instruksi kita. 


"Bagi anak usia dini, Proses lebih bermakna daripada hasil akhir suatu kegiatan."

- Paradigma di atas, namun kadang bagi orang dewasa lebih terbiasa akan pentingnya hasil akhir - [3]

Kita seringkali melupakan bahwa bagi anak-anak, pembelajaran sebenarnya datang dari proses mengerjakan kegiatan, bukan dari HASIL AKHIR.

Saat membuat suatu karya bersama anak, kadang kita cenderung fokus pada bagaimana agar hasilnya dapat semenarik mungkin. Tanpa disadari, kadang orangtua mengambil alih apa yang seharusnya dikerjakan oleh anak-anak. 

Hasil akhir yang baik memang memberikan kepuasan tertentu pada anak. Namun, dengan fokus pada hasil akhir saja, sebenarnya kita telah mempersempit peluang untuk melatih berbagai aspek perkembangan pada anak.

Kegiatan sederhana yang dapat dilakukan misalnya adalah kegiatan memasak bersama. Itu merupakan kegiatan yang dapat memberikan pembelajaran bermakna asalkan anak cukup dilibatkan dalam proses tersebut. 

Misalnya mencampur bahan adonan kue (anak dilatih kemampuan motorik halusnya); menimbang bahan kue (anak belajar memahami konsep ukuran, volume, dan berat); saat membaca label bahan adonan pada bungkusnya (anak belajar mengenal huruf-huruf tertentu).

Dengan MELIBATKAN anak dalam PROSES kegiatan, anak mendapat kesempatan untuk melatih kemampuannya dalam berbagai aspek. 


Ketiga paradigma di atas dapat dijabarkan sebagai berikut :
[1] Bermain dan Belajar tidak dapat dipisahkan
[2] Setiap Anak mampu belajar
[3] Proses lebih bermakna daripada hasil akhir

Dan ketiga paradigma tersebut dapat dijadikan sebagai pedoman untuk menerapkan konsep belajar secara aktif atau yang lebih populer dikenal sebagai "ACTIVE LEARNING"

Konsep ini menekankan perkembangan anak secara utuh. 

Artinya, tidak hanya aspek akademis, seperti menulis, membaca dan berhitung, yang berkembang

tetapi juga menyangkut aspek lain yang menyangkut "Life Skills"

seperti kemampuan memecahkan masalah, berpikir kreatif, kesabaran dan kemampuan menerima pendapat orang lain, kemandirian, kepercayaan diri, dan kemampuan lain yang menjadikan anak sebagai manusia yang UTUH.

Kamis, Desember 06, 2012

Takut JATUH CINTA?? Rugiiii lohhh!!

"I wish I will be with you forever, I share you my dream, my life.. till morning sun and ever after.. Tell me that you gonna stay, tell me that you are not leaving..."


"Cintailah orang yang pantas mendapatkan, bukan hanya orang yang membutuhkan. Jika mereka tidak menyukaimu di saat buruk, maka mereka tidak pantas untukmu di saat baik.."

-ANONIM-


Meski jatuh cinta berjuta rasanya dan bikin tingkah menggila, nggak semua orang mau dan sanggup jatuh cinta. Pernah nggak mendengar ucapan teman kita yang mengaku, "saya susah jatuh cinta.."

Belum tentu dia nggak mudah jatuh cinta, tapi mungkin saja karena dia NGGAK BERANI JATUH CINTA KARENA TAKUT SAKIT HATI, akibat punya pengalaman masa lalu ditolak, putus cinta yang menyakitkan, cinta yang kandas karena penentangan orangtua, beda agama, dan sebagainya. Akibatnya, ketika realita di depan mata ada kesempatan bercinta lagi, maka ia kubur dalam-dalam.


"Saya bukannya tidak mau jatuh cinta, tapi capek kalau mesti berkorban buat dia, memikirkan dia, bikin kerjaan tidak konsen saja, mendingan sendirian dulu deh..."

-ANONIM"

Wahh, percaya deh, orang yang bilang begini pasti takut tersakiti, makanya dia tidak mau maju bercinta, hidupnya di masa lalu, peluang bercinta di depan mata hilang, karena dia takut tersakiti lagi, takut ditolak, takut putus, takut cintanya kandas, dan takut lainnya... 

Padahal, CINTA DAN SAKIT HATI ITU BIASA DALAM HIDUP. Kalau kamu menyadari bahwa HIDUP INI ADALAH KESEIMBANGAN..

Ada suka, ada duka.. 
Ada susah, ada senang..
Ada sedih, ada gembira..
Maka kita pun akan menyadari bahwa ada percintaan maka akan ada sakit hati..
Ada jatuh cinta, maka akan ada putus cinta..
Ada penerimaan, maka akan ada penolakan..
Itu adalah hal yang biasa, bukan?

"Ngomong memang gampang, tapi melakukannya kan tidak mudah.."

-ANONIM-

Memang hal yang berhubungan dengan cinta tidak pernah mudah dijalani. Tapi disanalah ujiannya. Hidup untuk diuji, bukan? Ketika kita sanggup menghadapi ujian tersebut, maka kita akan lebih tangguh dan kuat menghadapi hal-hal lainnya yang lebih menantang. 

"Ahh, mendingan saya sendirian aja, deh. Nggak bakalan ribet, bebas kemana-mana. Kalau punya pacar, kan, apa-apa mesti kasih tau dia. Mau buat keputusan hidup aja mesti dirundingkan dulu. Iya, kalau kita sama-sama sepakat, kalau kagak??? Capek berantemm!"
-ANONIM-

Balik lagi, semua terserah pada diri kita masing-masing, kalau kalian masih mau bertahan di zona nyaman dan mempertahankan perasaan takut jatuh cinta itu. Hidup kamu akan begitu-begitu saja. Tapi, tanggung resiko ya, dengan kamu memilih nggak bercinta, jangan pernah mengeluh karena sendirian terus, dan jangan sirik ketika melihat pasangan-pasangan lain mesra di depan mata. Kan, kamu sendiri yang memilih untuk tidak jatuh cinta. 

Nah, kalau kamu salah satunya orang yang takut jatuh cinta, berikut ada beberapa tips..

Pertama, yang harus kamu lakukan adalah kembali kepada penyebab kamu takut jatuh cinta, kenapa?? 

"TAKUT DITOLAK"
"TAKUT DIPUTUSIN LAGI"
"NANTI TIDAK DISETUJUI LAGI SAMA ORANGTUA"

dan sebab-sebab lainnya yang meninggalkan bekas luka sedemikian besarnya pada diri kamu, dan membuat kamu bertahan di zona enggan jatuh cinta. 

Setelah ketemu sebabnya, misalnya takut diputusin lagi, oke sekarang kalau mau sembuh dari luka trauma dan mau berubah maka mau nggak mau kamu harus rela balik lagi ke luka tersebut. Kembali ke peristiwa tersebut..

Memang pasti sakit rasanya, tapi justru ituuu... RASA SAKIT ITU MEMANG PERLU KAMU RASAKAN KEMBALI, SUPAYA MASALAHNYA CLEAR DAN KETEMU SEBAB-SEBAB KAMU DIPUTUSIN MANTAN. SEHINGGA DALAM KESEMPATAN JATUH CINTA SELANJUTNYA KAMU DAPAT BELAJAR DARI MASA LALU.

Kupas tuntas penyebab kamu diputusin, kalau perlu dicatat! Misalnya karena dulu kita yang posesif, manja, cemburuan, curigaan, apa lagi ada loh yang gak suka kalau tiap menit, detik di teleponin melulu. 

Biarkan otak waras dan tidak waras kita beradu di tengah pengupasan trauma tersebut. Namun, ingat otak warasnya harus lebih dominan. JANGAN TAKUT DENGAN RASA SAKIT!! HADAPIIII!!!

Apabila sudah ketemu penyebabnya, kita jadi bisa berpikiran jernih dalam melihat masalah dan nggak menggeneralisasikan setiap hubungan percintaan kamu.. Nah, kalau kamu sudah berpikiran waras kembali, kamu pun akan siap untuk jatuh cinta kembali dan nggak takut tersakiti kembali. 

So, bagaimana? Apakah kalian sudah siap untuk jatuh cinta kembali? Tunggu apa lagi? MOVE ON!! Good Luck!! :)